Page

sierra.isme

sierra.isme
a woman with hijab and freaky nice habit

Tuesday, November 30, 2010

Latihan Fisik dan latihan bertahan: Endurance

12 November 2010, ga pernah nyangka kalo hari itu jadi hari yang ga pernah bisa saya lupain seumur hidup. Kenapa? Karena hari itu saya bener-bener belajar untuk sebuah hal yang baru saya cicip. Padahal cuma cicip, tapi hari itu saya bulatkan tekad untuk nyemplung sedalem apapun dan sedetail apapun.

Hari itu, hari ke-4 latihan parkour saya. Awalnya saya ikut parkour karena saya tertarik dengan hanya definisinya, bergerak dari satu poin ke poin lain dengam cepat dan efisien. Tapi ternyata definisi saja tidak bisa menjadi dasar kuat untuk niat. Karena hari itu, definisi yang saya palajari detailnya sangat banyak dan luas! Parkour bukan hanya cara bergerak cepat dan efisien, tapi juga sebuah disiplin untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan mempercayai diri akan kemampuan.

Parkour mengajarkan bagaimana menyeimbangkan ketahanan fisik, kontrol dan pemahaman pemikiran terhadap sesuatu, dan melatih mental serta memilah mental.
Hari itu, saya janji sama salah satu praktisi (Aulia Pardamean) untuk latihan full fisik, padahal saya sama sekali ga tau sesungguhnya bagaimana latihan fisik yang baik dan benar. Ternyata Tuhan jawab ketidaktahuan saya dengan hadirnya salah satu praktisi yang berpengalaman dalam parkour bang Hendry Hilmawan (ketua parkour jakarta). Sebelum beliau dateng, saya dan praktisi lain sudah “mencoba” latihan fisik yang kami “rasa” sudah cukup. CUKUP.

Tapi, setelah beliau datang dan melihat keadaan sekitar, beliau mulai bercerita dan mengajak untuk berlatih Sn’C. Kami serentak merasa senang sekaligus tertantang karena akan mendapat ilmu baru. Setelah maghrib, kami semua berkumpul, berdoa dan dimulailah perjuangan yang berat itu (khususnya untuk saya). Bang Inno (panggilan beliau), mengajak untuk pemanasan (lagi!!) dimuali dengan berlari. Gunanya pemanasan adalah untuk menaikkan suhu tubuh sehingga otot diajak untuk siap melakukan aktivitas. Dipikiran saya saat itu langsung mencuat satu hal, “Hah! tiga kali donga hari ini? gue baru makan tadi pagi. kuat ga nih?”
Tapi, saya langsung ingat kata bang Inno, bahwa parkour itu bukan hanya ajang lompat atau berpindah tempat dengan tehnik saja, tapi diawali fisik yang kuat dan terbiasa dengan hal yang “dipaksakan”. Push the limit. Jadi, kuatin tekad dulu, dan hajar.

Diawali dengan berlari sekitar 15 menit padahal saya ternyata bukan lari tapi jogging. Kata beliau, bedanya lari dan jogging adalah ritme dan fasenya. Kalau jogging ritmenya tap...tap...tap... dan fasenya itu tidak beraturan seteratur lari. Kalau lari ritmenya taptaptaptap...taptaptaptap... dan fasenya seiring dengan ritme. Ambil nafas tahan sampai ritme yang bisa dikuasai baru lepas lewat mulut atau lebih baik lewat hidung. Lari yang baik dan benar akan mengajarkan kita untuk bisa menguasai diri dalam mengatur nafas dan efisiensi nafas serta untuk mendapatkan smooth dari esensi berlari dan meningktakan endurance. Setelah berlari dengan durasi (hanya) 15 menit, kami diajak untuk ketahap pemanasan berikutnya. Dimulai dari kepala, tangan, pinggang, paha, dan telapak kaki. Pemanasan berlangsung selama sekitar 30 menit. Setelah dirasa cukup dan maksimal, lanjut dengan Sn’C (pokok dari latihan hari itu). Sn’C dimulai dengan quadropedal sejauh 100 meter maju dan mundur sekitar dua set sehingga ditotal 200 meter bolak-balik. Rasanya, MANTAP! Tiba-tiba semua otot terasa kencang dan suhu tubuh makin panas. Tahap kedua, push up variasi dengan tiga variasi yaitu, lebar, kecil, dan dolphin.
Variasi push up ini dilakukan bertahap, mulai dari naik dan turus sampai benar-benar turun. Hasilnya, tangan saya langsung minta tolong banget buat diurut, tapi saya tahan karena ini reaksi dari aksi yang dilakukan. Lanjut, kami semua diajak untuk flag yaitu gerakan seperti push up, tapi dengan lengan yang ditekuk dan kedua kaki naik diatas tempat yang lebih tinggi dari permukaan tanah. Kegiatan ini guna membantu menguatkan lengan, bahu dan otot perut serta bokong. Hasilnya benar! bokong dan lengan saya kencang sekencang-kencangnya. Karena belum terbiasa jadi agak terasa gemetar, tapi itu tidak boleh menurunkan semangat apalagi memacu diri untuk berkata “GA KUAT!”. Kegiatan ini dilakukan dalam durasi 5 sampai 6 menit secara repetisi. Kegiatan ini awal dari “penyiksaan” yang membuat saya “nagih” melakukannya. Dikarenakan tujuan dari kegiatan ini adalah membentuk seluruh otot-otot utama untuk melakukan teknik parkour itu diasah. Setelah plank kami semua diajak untuk quadropedal menaiki dan menuruni 4 buah (saja) anak tangga yang walaupun hanya 4 anak tangga, tetap rasanya MANTAP!

Bercampur semua rasa sakit tapi penasaran, karena saya masih sukar untuk melakukan teknik quadropedal yang notabenenya seperti gerakan kucing berjalan. Setelah quadropedal kami semua diajak untuk melakukan gerakan kuda-kuda untuk mengangkat partner dari ringan sampai yang berat pun harus diangkat. Kegiatan ini tidak saya coba karena saya perempuan sendiri yang (logikanya) ga mungkin aja mengangkat dan diangkat laki-laki (pada saat itu) dengan kekuatan yang sudah pada tahap “sisa”.
Gerakan ini diawali dengan kuda-kuda serendah mungkin dan mengangkat partner diatas pundak dengan tolakan dan kekuatan dari otot lutut dan paha, bukan pinggang. Gerakan ini dilakukan dari partner yang ringan sampai yang berat sambil menaiki anak tangga. LUAR BIASA BUKAN?

Bang Inno memberi tahu pada saya bahwa wanita juga ada kegiatan ini, tapi dengan cara menggendong dari belakang dengan posisi tolakan awal yang sama, yaitu posisi kuda-kuda rendah dan partner berada dibelakang dan diangkat dengan menolak dari lutut sehingga partner terangkat.

Lanjut ke tahap selanjutnya dalam Sn’C yaitu climb up 50 kali (kali aja bisa 50). Gerakan ini dimulai dari posisi cat leap, kemudian mengangkat badan dengan kedua tangan, dan gerakan memanjat, dan kemudian dilakukan gerakan sebaliknya. Proses bolak-balik ini baru dihitung 1, jadi kalau 50 kali, tolong dibayangkan harus berapa kali push up dan pull up untuk menguatkan otot tangan. Untuk saya, gerakan ini jadi PR permanen sampai benar-benar bisa melakukan 50 kali climb up secara bertahap dan konsisten. Oke baiklah...

Setelah climb up ada satu latihan lagi yaitu rolling. Hari itu, kami semua langsung bertempur dengan conblock bukan rumput atau matras. Gerakan rolling ini dibagi dua tahap yaitu teknik rolling dan teknik tolakan bangun setelah rolling. Rolling yang baik harus dilakukan dengan menempatkan posisi kepala masuk kedalam ruang ketiak kemudian melajukan badan kedepan dengan menaruh pundak terlebih dahulu untuk menyentuh media kemudia disusul dengan tolakan tangan satu lagi untuk mengerahkan badan roll maju kedepan.

Setelah itu, tahap kedua dari rolling adalah tolakan kaki untuk bangun. Tidak boleh dengan kedua kaki yang bangun karena akan tetap menggunakan tangan untuk menaikkan badan, sebaliknya gunakan tolakan seperti ini: kaki satu yang ditekuk dibawah kaki sebelahnya akan mendorong kita untuk naik dan bangun serta menahan obstacle lain didepan kita entah tembok atau apapun sehingga kita bisa menghindar atau menahan diri setelah roll.

Saya akui, saya masih payah dengan rolling karena ada keraguan untuk mengerahkan badan maju. Antara bingung memajukan badan kedepan dan ragu apakah bisa roll kedepan dengan baik. Hal ini harus dikalahkan dengan terus percaya bahwa teknik yang diajarkan sudah benar.

Setelah Sn’C baru dilakukan kegiatan terakhir yaitu pendinginan. Pendinginan ditujukan untuk melemaskan dan membuat otot menjadi kembali relaks. Gerakannya dipusatkan dengan menahan gerakan bukan menggerakkan. Setelah pendinginan, kami semua diajak relaksasi oleh bang Inno dengan melepaskan pikiran negativ dan meresap pikiran positif dari latihan tadi. Hasilnya FRESH luar dalam!!
Dari semua rangkaian kegiatan ini, saya banyak mendapat latihan untuk lolos terhadap rasa takut dan ketidakpercayaan pada diri sendiri. Memaksa diri untuk terbiasa dengan sesuatu yang tidak biasa atau berat sehingga kami punya teknik yang benar dalam beradaptasi. Bang Inno sempat menambahkan bahwa mental block adalah esensi dari gerakan-gerakan yang beliau berikan tadi. Ketika diri kita merasa tidak mampu tapi kita harus melawan suggest yang melemahkan mental untuk menjadi seseorang yang capable dalam menaklukan mental tersebut. Bukan harus drop dari ketinggian yang ekstrem tapi dengan konsisten dan menambah porsi latihan.

Banyak ilmu yang saya serap hari itu, dari cara memeprtahankan dan meningkatkan stamina, percaya diri, menekan dan mendorong batasan, dan yang utama adalah untuk menjadi kuat dan berguna.

Parkour bukan hanya sebuah olahraga fisik tapi juga olahraga ketahanan tubuh, mental, dan pikiran untuk menghadapi hidup yang terkesan sederhana padahal sebenarnya banyak tantangannya. Maka itu parkour memberikan teknik-teknik yang sesungguhnya sederhana tetapi dimulai dari hal yang berat untuk menjadikan itu sederhana.

Terimakasih banyak untuk semua praktisi yang terlibat, mengajarkan dan menancapkan akar baru terutama pada diri saya yang notabenenya adalah perempuan. Perempuan yang biasa ditempatkan pada posisi tidak lebih dari laki-laki tapi dengan parkour tidak saya lihat sistem partiarchal ataupun merendahkan perempuan. Perempuan dianggap dan diposisikan sama dengan semua karena sesungguhnya kita sama-sama manusia yang sedang belajar memberi, mendapat sesuatu.


Best Regards,
Sierra

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
i am simple kinda woman who is searching any knowledge that will lead me to be a better man.

it counts you

web counter